A blog dedicated to publish articles regarding Indonesian culture and history, especially subjects relating to Javanese, Chinese and Peranakan Cultures
Contact Us
Get link
Facebook
X
Pinterest
Email
Other Apps
Privacy Policy
Last updated: July 1, 2024
If you would like to contact the author of this blog to suggest any comments, ideas or criticism, you may send an email to lin.lintaro@yahoo.com
Pada hari Minggu sore, sekitar pukul 15:00, saya tiba di Sanggar Kerokhanian Sapta Darma. Gedungnya agak “tersembunyi” di sebuah gang di kawasan Tanjung Priok, Jakarta, tapi bentuknya yang khas serta cat warna hijauya yang terang membuat saya seketika ngeh bahwa ini adalah tempat yang saya cari-cari ketika saya melewati bangunan tersebut. Sanggar ini adalah tempat beribadah bagi umat pengikut agama Sapta Darma, sebuah agama yang “asli” berasal dari Tanah Jawa. “Ya kalau dibandingkan dengan agama-agama lain, Sapta Darma memang usianya belum lama” ujar bapak Darmo, seorang umat yang menyempatkan dirinya untuk diwawancara saat saya mengunjungi Sanggar Kerokhanian. Saya pertama kali mengenal eksistensi agama Sapta Darma ketika saya menonton sebuah Seminar Online yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra sekitar 3 tahun lalu. Seminar tersebut bertajuk “Eksistensi dan Kontribusi Kepercayaan Sapta Da...
“Di sini tempatnya ya nak, nanti sore Bapak jemput kamu lagi”, ucap ayah saya ketika mengantarkan saya ke depan vihara. Saat itu, pada taun 2017, adalah pertama kalinya saya mengunjugi Vihara Siripada yang beralamat di daerah Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan. Kesan pertama yang terlintas adalah betapa indahnya gapura pintu gerbang kawasan vihara yang bermotif stupa, seperti pada Candi Borobudur di Jawa Tengah. Gapura Vihara Siripada yang bermotif stupa Borobudur, dilihat dari dalam vihara Walaupun saya sebenarnya berasal dari Tangerang Selatan, pada masa itu saya masih berstatus sebagai mahasiswa S1 di sebuah universitas di Yogyakarta. Saya sudah cukup sering berkunjung dan beribadah di Candi Borobudur yang lokasinya hanya 1 jam perjalanan dari kota Jogja, tapi saya sangat terkesan ketika melihat adanya vihara di “kampung halaman” saya yang ternyata bernuansa seperti di Jawa Tengah. 7 tahun kemudian, pada suatu hari di bulan Juni tah...
Comments
Post a Comment